Halaman

Salam Persaudaraan Dunia dan Akhirat.

Langkah Dakwah Nabi Muhammad saw.





Nabi Muhammad saw. adalah salah seorang warga Bani Hasyim, suatu kabilah yang ada di dalam suku Quraisy. Ia lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun gajah bertepatan dengan tanggal 20 Agustus 270 M dan dibesarkan dalam keluarga yang baik-baik hingga menjelang dewasa. Pendidikan yang diberikan keluarga dan para pengasuhnya membekas di dalam dirinya sehingga ia menjadi orang yang mendapat julukan al-Amin.

Menjelang usianya yang keempat puluh, dia sudah terlalu biasa memisahkan diri dari kehidupan masyarakat, bersemedi atau berhalwat di gua Hira. Sebuah tempat yang terletak beberapa kilometer dari kota Mekkah. Di tempat itu, Muhammad saw. berusaha menenangkan jiwanya hingga berlama-lama dengan cara bertafakur. Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, Malaikat Jibril datang ke hadapannya untuk menyampaikan wahyu yang pertama. Malaikat Jibril meminta Muhammad saw. untuk membaca wahyu itu.

اِقْرَأ بِسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ. خَلَقَ اْلاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ. اِقْرَأْ وَرَبُّكَ اْلاَكْرَمُ. الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِ. عَلَّمَ اْلاِنْسَانَ مَالَمْ يَعْلَمْ. ـ العلق

Artinya: “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah mencipta. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan nama Tuhanmu itu Maha Mulia. Dia telah mengajar dengan Qalam. Dia telah mengajar manusia apa yang tidak mereka ketahui.” (QS. al-‘Alaq: 1-5).

Namun Muhammad saw. tidak mampu melakukannya. Beliau berkata: “Saya tidak bisa membaca.” Perintah itu berkali-kali dilakukan hingga Jibril membacakan 5 ayat dari surah al-‘Alaq dan akhirnya Muhammad saw. mampu membaca wahyu pertama itu dengan baik.

Langkah Dakwah Nabi Muhammad saw.
Illustration from image google
Dengan turunnya wahyu pertama itu, berarti Muhammad saw. telah dipilih Allah untuk menjadi Nabi dan Rasul. Dalam wahyu pertama ini Nabi Muhammad saw. belum mendapat perintah untuk melakukan dakwah islamiyah kepada umat manusia.

Setelah wahyu pertama itu datang, Malaikat Jibril lama tidak muncul. Sementara Nabi Muhammad saw. dengan harap-harap cemas menanti turunnya wahyu di tempat yang sama. Dalam keadaan bingung itulah kemudian Malaikat Jibril datang kembali membawa wahyu kedua yang membawa perintah untuk berdakwah. Wahyu itu adalah surah al-Muddatstsir ayat 1-7:

يآيُّهَااْلمُدَّثِّرْ. قُمْ فَاَنْذِرْ. وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ. وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ. وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ. وَلاَتَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ. وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ. ـ المدّثّر

Artinya: “Hai orang-orang yang berselimut, bangun dan beri ingatlah. Hendaklah engkau besarkan Tuhanmu, dan bersihkanlah pakaianmu, tinggalkan perbuatan dosa, dan janganlah (memberi maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak, dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu bersabarlah.”

Dengan turunnya wahyu kedua itu, mulailah Rasulullah saw. melakukan dakwah. Langkah pertama yang dilakukan adalah berdakwah secara diam-diam di lingkungan sendiri dan di kalangan rekan-rekannya. Karena itulah orang yang pertama menerima dakwahnya adalah keluarga dan para sahabat dekatnya. Mula-mula isterinya, Siti Khadijah menerima ajakan tersebut. Lalu sepupunya, yaitu Ali bin Abi Thalib. Kemudian Abu Bakar, sahabat karibnya sejak kanak-kanak. Kemudian Zaid, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya. Ummu Aiman, seorang pengasuh Nabi Muhammad saw. sejak ibunya Siti Aminah masih hidup.

Di antara sahabat Rasul yang berhasil mengajak kawan karibnya untuk menerima dakwah Islam adalah Abu Bakar. Abu Bakar dikenal sebagai seorang pedagang yang amat luas pergaulannya. Melalui beliau banyak orang masuk Islam. Di antaranya adalah Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin ‘Auf, Sa’ad bin Abi Waqash, Thalhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidillah bin Jarrah, Arqam bin Abi al-Arqam, dan beberapa penduduk Mekkah lainnya dari kabilah Quraisy. Mereka langsung dibawa ke hadapan Nabi Muhammad saw. dan menyatakan keislamannya. Mereka ini dalam sejarah Islam dikenal dengan sebutan Assabiqunal Awwalun, yakni orang-orang yang pertama memeluk Islam.

Setelah beberapa Rasulullah saw. melakukan dakwah secara rahasia, turunlah perintah Allah agar beliau melakukan dakwah secara terbuka di hadapan umum. Hal ini seperti dituturkan dalam QS. al-Hijr ayat 94:

فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَاَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِيْنَ ـ الحجر

Artinya: “Maka jelaskanlah apa yang Allah perintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.” (QS. al-Hijr: 94).

Langkah pertama yang dilakukan Nabi Muhammad saw. dalam berdakwah secara terbuka adalah mengundang dan menyeru kerabat dekatnya dari Bani Muthalib. Ia mengatakan kepada mereka, “Saya tidak melihat seorang pun di kalangan Arab yang dapat membawa sesuatu ke tengah-tengah mereka lebih baik dari apa yang saya bawa kepada kalian. Saya bawakan kepadamu dunia dan akhirat yang terbaik. Tuhan memerintahkan saya untuk mengajak kalian semua. Siapakah di antara kalian yang mau mendukung saya dalam hal ini?” Mereka semua menolak kecuali Ali bin Abi Thalib.

Langkah-langkah seterusnya yang dilakukan Nabi Muhammad saw. adalah menyeru masyarakat umum. Beliau mulai menyeru ke segenap lapisan masyarakat, mulai dari masyarakat bangsawan hingga kelas hamba sahaya. Mula-mula beliau menyeru penduduk Mekkah, kemudian penduduk negeri-negeri lain. Pertemuan dengan penduduk Mekkah dilakukan di bukit Shafa. Dalam pertemuan itu, Nabi Muhammad saw. menjelaskan bahwa ia diutus oleh Allah untuk mengajak mereka menyembah Allah dan meninggalkan penyembahan terhadap berhala.

Masyarakat Quraisy tidak percaya sama sekali bahkan mendustakan dan mengejek Nabi Muhammad saw. Di antara yang mendustakan itu adalah Abu Lahab dan isterinya. Isi pidato itu antara lain adalah:
  • Peringatan dan ancaman Allah bagi orang yang tidak beriman. Sebaliknya, kenikmatan dan surga bagi orang yang beriman dan beramal saleh.
  • Bahwa pada hari kiamat nanti beliau tidak dapat memberikan pertolongan, kecuali amal perbuatan manusia itu sendiri yang akan menolongnya.
  • Permohonan kepada keluarganya supaya dapat membantu dan memelihara agama Islam.

Mendengar seruan itu, Abu Lahab berkata kasar, “Kurang ajar kau hai Muhammad! Apakah hanya untuk ini kau kumpulkan kami?” Kemudian Abu Lahab mengambil batu dan melemparkannya ke arah Nabi Muhammad saw. Dalam menghadapi peristiwa itu beliau bersikap tenang dan berjiwa besar. Ia hadapi semuanya dengan kesabaran dan tawakal kepada Allah. Dari peristiwa itu turunlah wahyu Allah yang mengutuk Abu Lahab dan isterinya. (surah al-Lahab ayat 1-5).

Dengan seruan secara terbuka itu Nabi Muhammad saw. dan Islam menjadi perhatian dan perbincangan di kalangan masyarakat kota Mekkah. Masyarakat Quraisy beranggapan bahwa ajaran yang dibawa Nabi Muhammad saw. tidak mempunyai dasar dan tujuan yang jelas. Oleh karena itu, mereka tidak peduli dan berusaha untuk menentangnya habis-habisan hingga agama Islam tersebut lenyap dari muka bumi ini. Bahkan mereka tidak mempedulikan keberadaan agama Islam di tengah-tengah kehidupan dan kepercayaan masyarakat. Arab yang telah mengakar dalam tradisi kehidupan masyarakatnya. Selain itu, mereka mulai mengatur strategi untuk mengacaukan kegiatan dakwah Islam dan berusaha menghambat gerak laju perkembangan agama Islam di kota Mekkah dan masyarakat Arab lainnya.

Meskipun begitu, Rasulullah saw. terus berdakwah tanpa mengenal lelah. Tidak mempedulikan ejekan dan gangguan yang ditujukan kepadanya dan para sahabatnya yang lain. Bahkan beliau terus berusaha untuk menegakkan risalah Allah di tengah-tengah kehidupan masyarakat Arab yang tidak baik itu.