Halaman

Salam Persaudaraan Dunia dan Akhirat.

Adab-Adab Menziarahi Maqam / Kubur Dan Khurafat Yang Berlaku Sekitarnya

Adab dan Doa Ziarah Kubur

Sekitar Persoalan Penghuni kubur
Rasulullah saw bersabda:
“Berilah hadiah mayit-mayitmu.” Kemudian kami (sahabat) bertanya: Apa hadiah untuk mayit? Beliau menjawab: “Sedekah dan doa.” (Mafatihul Jinan, pasal 10, hlm 570)
Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya setiap Jum’at arwah orang-orang mukmin datang ke langit dunia vertikal dengan rumah mereka, seraya masing-masing mereka memanggil dengan suara yang sedih sambil menangis: wahai keluargaku, anak-anakku, ayahku dan ibuku, kerabatku, sayangi kami niscaya Allah menyayangi kalian dengan hadiah yang kalian berikan pada kami. Celaka kami (karena harta kami), kami yang dihisab, orang lain yang mengambil manfaat.”
Dalam hadis yang lain Rasulullah saw bersabda:
“Masing-masing mereka memanggil kerabatnya: Sayangi kami dengan dirham atau roti atau pakaian, niscaya Allah menyayangi kalian dengan pakaian dari surga.” Kemudian Rasulullah saw menangis. Kami (sahabat) pun ikut menangis, Rasulullah saw tak kuasa berbicara karena banyaknya menangis. Kemudian beliau bersabda: “Mereka itu adalah saudara kalian dalam agama, mereka hancur menjadi tanah setelah mereka (di dunia) diliputi kesenangan dan kenikmatan. Mereka memanggil dengan seruan: “Celaka kami, sekiranya kami dulu menginfakkan harta kami di jalan ketaatan kepada Allah dan ridha-Nya, niscaya kami tidak butuh pada kalian.” Lalu mereka pulang dengan kerugian dan penyesalan, dan mereka berseru: Cepatlah kalian bersedekah untuk mayit kalian.”
Muhammad bin Muslim pernah bertanya kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa): Bolehkah kami berziarah pada orang-orang yang telah meningga? Beliau menjawab: Boleh. Kemudian aku bertanya lagi: Apakah mereka mengenal kami ketika kami berziarah kepada mereka? Beliau menjawab: “Demi Allah, mereka mengenal kalian, mereka bahagia dan terhibur dengan kehadiran kalian.” Aku bertanya lagi: Apa yang harus kami baca ketika kami berziarah kepada mereka? Beliau menjawab: bacalah doa ini. (lihat doa berikutnya)
Imam Musa Al-Kazhim (sa) berkata:
“Barangsiapa yang tidak mampu berziarah kepada kami (Ahlul bait), maka hendaknya berziarah pada orang-orang shaleh yang berwilayah kepada kami, maka akan dicatat baginya seperti pahala berziarah kepada kami; dan barangsiapa yang tidak mampu menyambung silaturahim pada kami, maka hendaknya menyambung silaturahim pada orang-orang shaleh yang berwilayah kepada kami, maka akan dicatat baginya seperti pahala menyambung silaturahim pada kami.”
Imam Ali Ar-Ridha (sa) berkata:
“Barangsiapa yang mendatangi kuburan saudaranya yang mukmin, kemudian meletakkan tangannya pada kuburannya, dan membaca surat Al-Qadar (7 kali), maka ia akan diselamatkan pada hari kiamat.” Dalam hadis yang lain disebutkan: “dan menghadap ke kiblat.”
Syeikh Abbas Al-Qumi (ra) mengatakan: Pahala bacaan surat tersebut untuk orang yang membacanya, juga untuk penghuni kubur yang diziarahi. Karena hal ini dikuatkan oleh hadis-hadis yang lain.
Makruh Ziarah kubur di malam hari
Tentang makruhnya ziarah ke kuburan orang-orang mukmin di malam hari, Rasulullah saw bersabda kepada Abu Dzar: “Jangan sekali-kali kamu berziarah kepada mereka di malam hari.”
Adab dan doa ziarah kubur
Pertama: Ketika memasuki areal kuburan mengucapkan salam.
Abdullah bin Sinan pernah bertanya kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa): Bagaimana cara mengucapkan salam kepada penghuni kubur? Beliau menjawab: Ucapkan:

اَلسَّلاَمُ عَلَى اَهلِ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُسْلِمِيْنَ اَنْتُمْ لَنَا فَرْطٌ وَنَحْنُ اِنْ شَآءَ اللهُ بِكُمْ لاَحِقُوْنَ

Assalâmu ‘alâ ahlid diyâr, minal mu’minîna wal muslimîn, antum lanâ farthun, wa nahnu insyâallâhu bikum lâhiqûn.
Salam atas para penghuni kubur, mukminin dan muslimin, engkau telah mendahului kami, dan insya Allah kami akan menyusulmu.
Atau mengucapkan salam seperti yang diajarkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib (sa):

اَلسَّلاَمُ عَلَى اَهْلِ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ مِنْ اَهْلِ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ، يَا اَهْلَ لاَ اِلَهَ اِلاَّ بِحَقِّ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ كَيْفَ وَجَدْتُمْ قَوْلَ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ مِنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ، يَا لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ بِحَقِّ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ اِغْفِـرْ لِمَنْ قَالَ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ، وَاحْشَـرْنَا فِي زُمْرَةِ مَنْ قَالَ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ عَلِيٌّ وَلِيُّ اللهِ

Assâlamu ‘alâ ahli lâ ilâha illallâh min ahli lâ ilâha illallâh , ya ahla lâ ilâha illallâh bihaqqi lâ ilâha illallâh kayfa wajadtum qawla lâ ilâha illallâh min lâ ilâha illallâh, ya lâ ilâha illallâh bihaqqi lâ ilâha illallâh ighfir liman qâla lâ ilâha illallâh, wahsyurnâ fî zumrati man qâla lâ ilâha illallâh Muhammadun Rasûlullâh ‘Aliyyun waliyullâh.
Salam bagi yang mengucapkan la ilaha illallah dari yang mengucapkan la ilaha illallah, wahai yang mengucapkan kalimah la ilaha illallah dengan hak la ilaha illallah, bagaimana kamu memperoleh kalimah la ilaha illallah dari la ilaha illallah, wahai la ilaha illallah dengan hak la ilaha illallah ampuni orang yang membaca kalimah la ilaha illallah, dan himpunlah kami ke dalam golongan orang yang mengu¬cap¬kan la ilaha illallah Muhammadur rasululullah Aliyyun waliyyullah.
Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata: “Barangsiapa yang memasuki areal kuburan, lalu mengucapkan (salam tersebut), Allah memberinya pahala kebaikan 50 tahun, dan mengampuni dosanya serta dosa kedua orang tuanya 50 tahun.”
Kedua: membaca:
1. Surat Al-Qadar (7 kali),
2. Surat Al-Fatihah (3 kali),
3. Surat Al-Falaq (3 kali),
4. Surat An-Nas (3 kali),
5. Surat Al-Ikhlash (3 kali),
6. Ayat Kursi (3 kali).
Dalam suatu hadis disebutkan: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Qadar (7 kali) di kuburan seorang mukmin, Allah mengutus malaikat padanya untuk beribadah di dekat kuburannya, dan mencatat bagi si mayit pahala dari ibadah yang dilakukan oleh malaikat itu sehingga Allah memasukkan ia ke surga. Dan dalam membaca surat Al-Qadar disertai surat Al-Falaq, An-Nas, Al-Ikhlash dan Ayat kursi, masing-masing (3 kali).”
Ketiga: Membaca doa berikut ini (3 kali):

اَللَّهُمَّ اِنِّي اَسْئَلُكَ بِحَقِّ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ اَنْ لاَتُعَذِّبَ هَذَا الْمَيِّتِ

Allâhumma innî as-aluka bihaqqi Muhammadin wa âli Muhammad an lâ tu’adzdziba hâdzal may¬yit.
Ya Allah, aku memohon pada-Mu dengan hak Muhammad dan keluarga Muhammad janganlah azab penghuni kubur ini.
Rasulullah saw bersabda:
“Tidak ada seorang pun yang membaca doa tersebut (3 kali) di kuburan seorang mayit, kecuali Allah menjauhkan darinya azab hari kiamat.”
Keempat: Meletakkan tangan di kuburannya sambil membaca doa berikut:

اَللَّهُمَّ ارْحَمْ غُرْبَتَهُ، وَصِلْ وَحْدَتَهُ، وَاَنِسْ وَحْشَتَهُ، وَاَمِنْ رَوْعَتَهُ، وَاَسْكِنْ اِلَيْهِ مِنْ رَحْمَتِكَ يَسْـتَغْنِي بِهَا عَنْ رَحْمَةٍ مِنْ سِوَاكَ، وَاَلْحِقْهُ بِمَنْ كَانَ يَتَوَلاَّهُ

Allâhumarham ghurbatahu, wa shil wahdatahu, wa anis wahsyatahu, wa amin raw‘atahu, wa askin ilayhi min rahmatika yastaghnî bihâ ‘an rahmatin min siwâka, wa alhiqhu biman kâma yatawallâhu.
Ya Allah, kasihi keterasingannya, sambungkan kesendiriannya, hiburlah kesepiannya, tenteramkan kekhawatirannya, tenangkan ia dengan rahmat-Mu yang dengannya tidak membutuhkan kasih sayang dari selain-Mu, dan susulkan ia kepada orang yang ia cintai.
Ibnu Thawus mengatakan: Jika kamu hendak berziarah ke kuburan orang-orang mukmin, maka hendaknya hari Kamis, jika tidak, maka waktu tertentu yang kamu kehendaki, menghadap ke kiblat sambil meletakkan tangan pada kuburannya dan membaca doa tersebut.
Muhammad bin Muslim pernah bertanya kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa): Bolehkah kami berziarah ke orang-orang yang telah meningga? Beliau menjawab: Boleh. Kemudian aku bertanya lagi: Apakah mereka mengenal kami ketika kami berziarah kepada mereka? Beliau menjawab: “Demi Allah, mereka mengenal kalian, mereka bahagia dan terhibur dengan kehadiran kalian.” Aku bertanya lagi: Apa yang baca ketika kami berziarah kepada mereka? Beliau menjawab: bacalah doa ini:

اللَّهُمَّ جَافِ اْلاَرْضَ عَنْ جُنُوبِهِمْ وَ صَاعِدْ إِلَيْكَ أَرْوَاحَهُمْ وَ لَقِّهِمْ مِنْكَ رِضْوَانًا وَ أَسْكِنْ إِلَيْهِمْ مِنْ رَحْمَتِكَ مَا تَصِلُ بِهِ وَحْدَتَهُمْ وَ تُونِسُ بِهِ وَحْشَتَهُمْ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْ‏ءٍ قَدِيرٌ

Allâhumma jâfil ardha ‘an junûbihim, wa shâ’id ilayka arwâhahum, wa laqqihim minka ridhwânâ, wa askin ilayhim mir rahmatika mâ tashilu bihi wahdatahum, wa tûnisu bihi wahsyatahum, innaka ‘alâ kulli syay-in qadîr.
Ya Allah, luaskan kuburan mereka, muliakan arwah mereka, sampaikan mereka pada ridha-Mu, tenteramkan mereka dengan rahmat-Mu, rahmat yang menyambungkan kesendirian mereka, yang menghibur kesepian mereka. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Doa Ziarah Kubur

Assalammualaikum ya ahli kubur
Bismillah hirohmanirohim
Asshaduala ilahaillallah waashadua anna muhamdar rosululloh
Ilahadrotin nabiyil mustopa muhamadin soleloh hu alaiha wassalam alfatihah
suma Ila hadrotin sohabattullah hususon abu bakar umar usman ali rodiyaa allah al humul fatihah
suma Ila hadrotin ya wali ya allah hususon syeh abdul kodir jaelani rodiyaalah  humul fatihah
suma ila hadrotin ahli kubur hususon nama yang akan dikirim doa al fatihah
lailahaillalloh muhamadar rosullolah
Bismillahirrahmanirrahim .
Al ikhlas 3 X
Lailahaillaloh muhamadar rosululoh
Bismillahirrahmanirrahim .
Al Falaq
Lailahaillaloh muhamadar rosululoh
Bismillahirrahmanirrahim
An-nas
Lailahaillaloh muhamadar rosululoh
Bismillahirrahmanirrahim .
Alif lam mim. Dzalikal-kitabu larayba fih. Hudal lil muttaqin.Alladzina yu’minuna bil ghaybi wayuqimunash shalata wamimma razaqna hum yunfiqun.Walladzina yu’minuna bimaunzila ilayka wama unzila minqablika wabil akhirati hum  yuqinun. Ulaika ala hudam-mirrabbihim wa ula ika humulmuflihun.
Lailahaillaloh muhamadar rosululoh
Bismillahirrahmanirrahim .
Wa ilahukum ilahuw-wahidul la ilaha illa huwarrahmanur rahim.Allahu la ilaha illa huwal hayyulqayyum , la ta’khudzuhusinatuw wala nawm, lahu mafis-samawati wama fil-ardh,mandzal-ladzi yasyfa’u indahuilla bi idznih, ya’lamu ma baynaaydihim wama khalfahum walayuhithuna bisyay-im-min ilmihiilla bima sya’ wasi’akursiyyuhus-samawati walardha wa la ya’uduhuhifzhuhuma wa huwal aliyyulazhim.
Bismillahirrahmanirrahim .
Surat yassin
Dilanjut dengan doa selamat.

Semoga Bermanfaat.
adab-menziarahi-kubur

PENDAHULUAN DAN TUJUAN

Pada zaman permulaan Islam, Rasulullah melarang umatnya menziarahi kubur. Ini kerana orang yang menziarahi kubur pada masa itu akan melakukan perkara-perkara yang dilarang antaranya duduk di atas kubur, menangis, merintih-rintih, mengoyak-ngoyak baju, memukul pipi dan sebagainya  Setelah orang-orang Islam mengetahui perkara-perkara yang sepatutnya yang dilakukan apabila menziarahi kubur, maka Rasulullah saw menggalakkan umatnya menziarahi kubur untuk melembutkan hati, mengingatkan tentang azab kubur dan hari pembalasan di Padang Mahsyar agar umatnya sentiasa dalam keadaan sederhana di dunia tidak bermewah-mewah hanya berbelanja atas dasar keperluan bukan atas dasar kemampuan. Di saamping itu kita sentiasa menambahkan untuk kehidupan di akhirat.
 Khadi Abu Taib mentaklik kata-kata Ibnu Hajar di dalam yang mana seseorang digalakkan menziarahi teman-teman semasa hidup, demikian juga teman-temannya apabila telah meninggal dunia.
 Adapun bagi mereka yang jauh hubungan kekeluargaan  disunatkan juga menziarahinya. Apabila man ziarahi kubur hendaklah mengingati mati atau merasa belas kasihan kepada teman kita yang meninggalkan kita, lalu kita ,mendoakannya. Di sunatkan juga keatas kita apabila menziarahi kuburagar memohon rahmat Allah supaya si mati di dalam pemeliharaan dan kesejahteraan di samping memohon ampun bagi segala kesalahan mereka, membaca Al-Quran sebagai hadiah untuk mereka. Jika si mati  daari kaum keluarga kita adalah lebih-lebih lagi digalakkan kita meminta ampun dan rahmat Allah agar mereka berada di dalam kerahmatan Allah selamanya.
Ketika kita menziarahi kubur itu, kita berniat untuk si mati mestilah meraangkumi semua orang Islam yang telah meninggal dunia. Adapun menziarahi kubur untuk tabarruk maka disunatkan  kita menziarahi  kubur orang-orang alim dan soleh kerana mereka ini sentiasa di dalam keberkatan yang tidak terhingga
Mudah-mudahan keberkatan orang alim yang kita ziarahi kuburnya itu akan melimpahi kepada kita yang menziarahinya. Disunatkan juga kita dalam keadaan bersih dan berwudu’ seperti yang difatwakan oleh :

HUKUM
Para ulama berpendapat hanya orang lelaki sahaja Islam sahaja yang disunatkan menziarahi kubur.(5) Ibnu Hajar dalam syarahnya dan al-Azra’ei : “Tidak disunatkan kita bermusafir semata-mata ujntuk menziarahi kubur  orang alim dan soleh seperti yang diceritakan daripada tanpa kita melawat ketempat-tempat lain. Tetapi dikecualikan makam nabi kita Nabi Muhammad S.A.W . Diharuskan kirta bermusafir hanya bertujuan bermusafir untuk menziarahi makan nabi kita di Madinah. menegaskan bahawa lebih diutamakan kepada ahli keluaraga kita yang meninggal dunia terutama ibubapa untuk menziarahi mereka, walaupun mreka dikebumikan di negara lain. (1) Telah diriwayatkan oleh Al Halim daripada Abu Hurairah.

Dalam riwayat yang lain :
Dalam riwayat Abu Mu’aim:
Al-Baihaqi juga meriwatakan:
 Adapun menziarahi kubur bagi khunsa dan orang-orang perempuan hukumnya makruh .Ini ditakuti akan berlakunya fitnah yang mana pada kebiasaannya orng perempuan tidak menahan suaranya apabila meratapi orang yang meninggal dunia sekalipun perempuan itu sudah tua .Tetapi menziarahi makam Rasulullah S.A.W adalah sunat bagi semua golongan ()Berkata orang perempuan dibolehkan menziarahi makam Rasulullah S.A.W setelah mendapat keizinan daripada suami atau ibubapa .bahkan (berkata dalam orang perempuan boleh menziarahi kubur para anbia orang soleh dan juga para syuhada, bagi pula, beliau
tidak pernah melihat perempuan salaf menziarahi kubur orang-orang soleh .(ÅÈä ÍÌÑ)dan (ÇáÔÑæÇäì) menjelaskan mengapa orang perempuan dibenarkan menziarahi kubur orang alim ,para anbia dan para syuhada ,sedangkan makruh bagi mereka menziarahi kubur saudara mara dan sahabat handai .Ini kerana menziarahi kubur orang alim ,para ambia dan syuhada mereka dapat mengambil iktibar daripada kesolehan mereka ,kemuliaan para ulama dapat dizahirkan melalui menziarahi kubur mereka .Dengan keadaan demikian dapat mengingatkan kembali tentang amalan yang mereka lakukan semasa di dunia .Seterusnya mendorong mereka untuk menghitung kembali amalan-amalan mereka yang telah dilakukan supaya dapat menjauhkan mereka daripada azab Allah .
 Manakala orang perempuan dimakruhkan menziarahi kubur sanak saudara dan sahabat handai kerana kebiasaannya mereka akan mengenang kembali jasa-jasa dan kasih _aying serta hubungan antara mereka semasa hidup di dunia .Ini boleh menyebabkan mereka akan meratapi dengan meraung-raung ,memukul badan sendiri serta mengoyak baju di kawasan perkuburan lebih-lebih lagi sekiranya orang yang meninggal dunia itu dikasihi sehingga membawa mereka menyalahkan takdir .

 Tidak dibenarkan memakai bau-bauan dan perhiasan semasa menziarahi kubur .Bahkan lebih baik jika perempuan yang hendak menziarahi kubur samada  bersamanya penjaga atau wali .Jika perempuan tersebut pergi bersama ajnabi hendaklah ia menaiki kenderaan yang dapat melindungi dirinya dari sebarang fitnah disepanjang perjalanan ke sana .

HUKUM BAGI WANITA MENZIARAHI KUBUR

 Setelah ulama’ mengatakan bahawa diharamkan bagi wanita menziarahi kubur berdasarkan sebuah hadith :

Sekiranya seseorang perempuan pergi menziarahi kubur boleh menimbulkan fitnah atau menyebut-nyebut sifat orang yang meninggal dunia tentang kelakuannya dan meratapi pemergian dan meraung-raung. Maka hukumnya tetap haram.

Setelah ulama’ berpendapat perempuan yang menziarahi kubur hukumnya harus ini bagi  mereka yang tidak melakukan perkara-perkara  yang dilarang oleh Islam.
Berdasarkan satu peristiwa di zaman Rasulullah saw di mana pernah satu ketika Rasulullah s.a.w tidak menegah perempuan itu. Para ulama’ menjawab bahawasanya Rasulullah s.a.w tidak menegah tersebut kerana dia melakukan adab-adab menziarahi kubur(1)

HARI YANG DISUNATKAN MENZIARAHI KUBUR
 Orang ramai biasanya menziarahi kubur pada pagi jumaat (2) kerana pada hari tersebut roh-roh orang yang meninggal dunia pergike kubur masing-masing bermula waktu asaar hari khamis hinggalah paagi sabtu (3). Oleh itu kebanyakkan orang mengkhususkan haari untuk menziarahi kubur saudaranya pada pagi jumaat.
Diceritakan oleh Ibnu Qasim di dalam syarah Manhaj bahawa roh orang meninggal dunia sentiasa membuat perhubungan dengan jasadnya yang berada di dalam kubur (4) walaupun rohitu tiada hadir ke kubur. Diriwayatkan bahawa roh orang-orang muslim sentiasa dating setiap malam ke langit dunia dan berada bertentang  dengan rumahnya dahulu semasa hayatnya. Roh itu memanggil beribu-ribu kali setiap ahli keluarganya dengan suara yang sedih, katannya : “Wahai ahli keluargaku, kaum kerabatku, anak-anakku dan semua orang yang mendiami rumahku. Wahai orang yang memakai bajuku dan orang-orang yang membahagikan hartaku adakah kamu sekalian sentiasa ingatkan dan memikirkan akan keadaan diriku yang sedang dalam perantauan. Aku kini berada dalam tahanan yang amat lama sekali dan sungguh kukuh keadaannya. Kasihanilah keadaan diriku di sini, Insya Allah kamu akan dirahmatinya. Jangan kamu semua tidak memperdulikan keadaan dariku, sesungguhnya kamu juga akan merasai dugaan-dugaan seperti yang aku rasai ini”.
Diriwayatkan juga bahawa orang yang berada di dalam kubur seperti orang tenggelam kelemasan sedangmeminta pertolongan. Sentiasa menanti doa-doa daripadaa saudara mara atau teman-temannya. Jika simati tadi menerima pahala doa daripada ahli keluarga yang hidup maka pahala itu lebih baik bagi simati daripada apa yang terdapat di dalam dunia ini.(5)
Nabi kita pernah menziarahi para syuhada’ di Uhud pada hari sabtu. Ini kerana jarak antara perkuburan Uhud dan Madinah adalah terlalu jauh tambahan pula baginda sibuk dengan tugas-tugas amal kebajikan yang telah dipertanggungjawabkan.
 ADAB-ADAB MENZIARAHI KUBUR
 Perkara utama yang tidak harus dilupakan apabila kita melawati tanaah perkuburan atau meziarahi kubur oarng-orang alim, disunatkan kita memberi salam (1) samada dalam keadaan berdiri atau duduk dalam menghadap muka si mati.
Sabda Rasulullah saw :

“Berkata orang yang hendak memberi salam kepada simati hendaklah berada dekaat dengan kuburnya. Menurut adab kebiasaannya dengan erti kat yang lain, sekiranya orang yang meninggal itu masih hidup tentu mereka dapat mendengar ucapan salam tersebut. Disunaat juga membaca Al-Quran(2) dan seboleh-bolehnya dalam keadaan duduk dan menghadap kearah muka simati. Di dalam kitab(           ) menyebut di antara amalan yang afdhalnya ialah membaca lima ayat dari awal surah al-Baqoroh tiga ayat akhir surah Al-Baqarah dan suraah yaasin. Kemudian terus berdoa kepada simati sekalipun tidak mnengangkat tangan. Keadaaan kita berdoa afdhalnya selepas membaca Al-Quran(3) dan hendaklah mengadap kiblat sebaagaimana yang dinukilkan daripada kitab kitab(            ) dan ulama’ Khurasaan juga berkata muka orang yang berdoa itu mengadap ke muka simati ketika berdoa. Ini kerana berdoa untuk simati selepas aahaja membaca Al-Quran adalah lebih diharapkan agar doa itu diperkenankan. Orang-orang yang mati juga diharapkan segala rahmat Allah melimpahinya. Segala pahala bacaan al-Quran dan doa akan sampai kepada simati walaupun bacaan itu dibaca jauh daripada tempat perkuburan dengan syarat oaring yang membaca itu tidak mendapat upah. Setengah ulama’ menyatakan sekiranya pembaca mendapat upah maka pahalanya tidak sampai kepada simati(4) Ibnu Qosim menungkilkan kata-kata imam Ramli yang mengatakan walaupun si pembaca itu tidak mendapat pahala bacaannya kerana mendapat upah si mati tetapi akan mendapat pahala bacaan Al-Quran yang disedekahkan kepadanya.(5)
Diceritakan daripada sebahagian ahli ilmu bahawasanya terdapat seorang lelaki telah bermimpi, di dalam mimpinya itu dia telah melihat sebuah tanah perkuburan. Seolah-olah mereka sedang mengambil sesuatu yang tidak diketahui. Maka orang yang bermimpi itu merasa hairan keadaan yang demikian itu lalu bertanya kepada seorang yang duduk menyendiri di hujung sana tidak bersama-sama dengan yang lain mengambil sesuatu : “apakah yang diambil oleh mereka semua ? Orang mati yangmenyendiri itu menjawab
“mereka mengambil pahala-pahala yang dihadiahkan oleh kaum muslimin yang masih hidup seperti membaca al-Quran, pahala sedekah dan pahala doa. Orang yang bermimpi itu menyambung soalannya “adakah daapat sesuatu yang lain menyebabkan kamu tidak mengambil pahala itu”? Jawab orang mati yang sedang duduk itu ‘Ya, aku mendapat pahala bacaan al-Quran yang dibaca oleh anakku, kemudian pahala itu dihadiahkan kepadaku setiap hari. Anakku ini sedang berniaga di pasar. Apabila orang yang bermimpi itu terjaga dari tidurnya. Dia pun terus ke pasar seperti yang diberitahu oleh lelaki semasa dalam mimpinya. Didapatinya seorang lelaki sedang berniaga dan bibirnya bergerak-gerak seoalh-olaah membaca sesuatu. Orang yang bermimpi itu bertanya “Mengapa kamu menggerak-gerakkan kedua bibirmu” ? Pemuda itu menjelaskan, aku sedang membaca Al-Quran dan pahala bacaan ini aku hadiahkan kepadav bapaku yang telah meninggal dunia.
Selang beberapa lama kemudian, orang yang bermimpi itu telah bermimpi dalam tidurnya sekali lagi semua orang yang mati diperkuburan itu keluar dikubur masing-masing dan mengambil pahala yang disedekahkan kepada mereka, tiba-tiba dia terpandang lelaki yang dahulunya tidak mengambil pahalanya itu tetapi kali ini turut serta mengambil pahala tersebut. Lelaki yang bermimpi tidak berlengah lagi dan terus pergi kepasar  untuk mengetahui berita tentang pemuda yang menjaga di pasar tersebut. Diberitahu kepadanya pemuda itu telah meninggal dunia (1)
Upah tidak boleh diambil untuk membuat sesuatu ibadah yang mewajibkan niat dimana sah atau tidaknya ibadah itu bergantung kepada niat yang diqasadkan. Apabila sesuatu ibadah itu sah tanpa menggunakan niat, maka dibenarkan melakukan ibadah disertai dengan mengambil upah. Antaranya azan, iqamah, khutbah, mengajar Al-Quran  dan sebagainya. Oleh itu pembaca Al-Quran boleh mengambil upah dalam beberapa bentuk:


a)         Bacaan Al-Quran itu dibaca di tempat perkuburan dan pahala bacaan itu diambil manfaatnya dengan turunnya rahmat Allah kepada si mati. Si mati sememangnya mengharapkan pahala orang yang hidup untuk dimanfaatkan. Samada dengan doa atau pahala bacaan Al-Quran itu akan diperolehi oleh pembacanya dan sampai kepada si mati dengan niatnya.

b)         Bacaan Al-Quran itu tidak di buat di kawasan perkuburan. Selesai saja membaca Al-Quran maka diikuti dengan doa untuk disedekahkan pahala bacaan kepada si mati kerana doa tersebut lebih hampir untuk diterima oleh Allah SWT dan lebih banyak barakahnya.

c)         Bacaan Al_Quran itu dibaca dihadapan orang yang memberi upah. Ketika membaca Al-Quran diniatkan bacaan tersebut di atas suruhan orang yang memberi upah. Sekiranya disebut namaorang yang memberi upah akan turut mendapat pahala atau rahmat ketika rahmat ketika rahmat itu diturunkan kepada pembaca.

Maka boleh mengambil upah semata-mata membaca Al-Quran dengan disertakan kepada si mati sepertimana telah disohehkan oleh sebahagian ahli fatwa. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Subki dan pengarang kitab.
As Syikh Sulaiman al Jamal menukilkan daripada kata-kata bahawa sunat dengan doa ini selepas memberi salam kepada si mati.
Diriwayatkan oleh ulama’ salaf bahwa barangsiapa membaca surah AlIkhlas 11 kali dan disedekahkan pahalanya kepada orang mati didalam satu perkuburan maka dosa-dosa si mati akan di ampunkan. Begitu juga dengan membaca tahlil kepada si mati dengan bacaan:
Imam berkata bahawa masalah ini mempunyai di sisi ulama’ tetapi tidak seharusnya dilupakan. Imam Ahmad bin Hambal menceritakan , “Apabila kamu menziarahi kubur maka bacalah Al Fatihah, Al Ikhlas, Al falaq dan An Nasr. Sedekahlah pahala itu kepada semua orang di perkuburan itu. Semua pahala itu akan sampai kepada si mati selepas membaca surah-surah dan di akhirnya bacalah:

PERKARA- PERKARA MAKRUH DAN KHURAFAT


1)         Orang yang yang duduk atas kubur dan bersandar-sandar adalah termasuk dalam perkara-perkara yang makruh(4) walaupun  sudah hilang kesan-kesannya. Di dalam  di terangkan, jika sebuah kubur itu tidak ada lagi jasadnya melainkan tulang   maka dibolehkan membuat kubur semula dan dimanfaatkan. Tidak makruh berjalan-jalan di antara dua kubur mengikut pendapat yang masyhur. Tetapi haram jika terdapat najis yang
basah pada kasutnya (5) dan membawa ke kawasan perkuburan. Diingatkan agar tidak membuang najis di kawasan perkuburan. (6)

2)      Penziarah kubur dilarang memijak kubur kerana menghormati jasad yang berada di dalam kubur itu kecuali dalam keadaan terpaksa (7). Perkara-perkara tersebut adalah makruh tetapi sesetengah ulama’ mengharamkan. Demikian juga memegang binaan kubur walaupun kubur Rasulullah S.A.W dan mencium binaan kubur adalah termasuk dalam perkara bid’ah.

3)         Begitu juga makruh bagi orang yang menziarah kubur orang alim dan mengetuk binaan kuburnya(8). Sebaliknya orang yang ingin menziarahi kubur hendaklah mengetahui dan mengamalkan adab-adab menziarahi kubur.

4)         Diceritakan daripada kitab(      ) dan bahawa perbuatan yang dimakruhkan dan dianggap perkara bid’ah ialah menyentuh binaan kubur dengan tapak tangan dan mencium bendul-bendul kayu binaan kubur. Demikian juga mnecampakkan saputangan atau baju dan kertas yang ditulis ke dalam binaan kubur ketika berada di kawasan perkuburan tersebut(9).

Dinukilan daripada kata-kata( bahawa tawaf tidak diharuskan dan dianggap sebagai satu dosa (1). Apa yang dinuat oleh kebanyak orang ketika menziarahi kubut melampaui batas-batas yang telah ditetapkan oleh syarak. Setengah daripada mereka berdiri sebentar di pintu kubur untuk meminta izin masuk tawaf mengeliling kubur tersebut sambil mencium penjuru-penjuru binaan kubur dan menyentuh binaannya. Semua perkara ini tidak termasuk dalam amalan yang di syara’kan . Allah SWT dan RasulNya tidak menyuruh umatnya berbuat demikian. Bahkan orang-orang alim atau si mati sendiri akan marah sekiranya fenomena ini berlaku demikian semasa mereka hidup(2). Sepatutnya orang yang menziarahi kubur itu berdoa untuk dirinya dan si mati agar di ampunkan dosa. Kebanyakan perempuan-perempuan akan memotong pakaiannya d an diletakkan ke atas binaan kubur orang alim.
Mereka menganggap kononnya khurafat ini boleh memelihara diri mereka daripada orang-orang zalim. Begitulah juga setengah yang lain meletakkan lilin atau pelita yang dinyalakan disisi kubur orang alim. Ab Aziz Gharim menegaskanbahawa semua I’tiqad ini adalah diharamkan oleh Islam(3).
Dinukilkan daripada kitab bahawa setengah daripada anggapan yang salah di kalangan orang awam ialah mereka percaya bahawa binaan kubur orang alim atau soleh itu dianggap boleh mengubati pelbagai penyakit. Sesetengahnya pergi ke kubur dengan membawa anak-anak yang sakit dan meninggalkan anak mereka dalam jangkamasa tertentu. Mereka sering berulang alik dan percaya dengan cara begini dapat menyembuh penyakit anak mereka.
Sebahagian amalan orang-orang jahilliyah yang diharamkan oleh Islam ialah menconteng pipi muka dan badan dengan warna hitam(4). Mereka yang lain pula membuat tempat yang khas untuk tidur di kubur, makan, minum di perkuburan. Begitulah perangai Syaitan yang ingin merosakkan aqidah umat Islam yang kurang pemahaman tentang Islam. Apabila ada kaum keluarga mereka meninggal dunia, mereaka akan membuat satu perkhemahan dan tinggal di sisi kubur si mati itu selama beberapa hari. Apa yang kurang menyenangkan mereka akan membuat tempat tinggal di perkuburan. Di sana wujudlah tempat-tempat untuk membuang air, mandi, mencuci pakaian. Akibatnya lebihan kooran dan najis akan turun meresap ke dalam kubur si mati. Ini sudah tentu akan mencemari mayat. Perbuatan-perbuatan seperti ini adalah bercanggah dengan sunnah. Oleh itu jauhkan diri kita daripada melakukan perkara-perkara khurafat dan bid’ah yang mana telah dilarang oleh agama.(5).